Selasa, 30 April 2013

Selagi Kau Lelap

Sekarang pukul 1.30 pagi di tempatmu.
  Kulit wajahmu pasti sedang terlipat dii antara kerutan sarung bantal. Rambutmu yang tebal menumpuk di sisi kanan, karena engkau tidur tertelungkup dengan muka menghadap ke sisi kiri. Tanganmu selalu tampak menggapai, apakah itu yang selalu kau cari di bawah bantal.

  Aku selalu ingin mencuri waktumu. Menyita perhatianmu. semata-mata supaya aku bisa terpilin masuk ke dalam lipatan seprai tempat tubuhmu sekarang terbaring. Sudah hampir satu tahun aku begini. Dua belas bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan enam puluh. Kalikan enam puluh. Niscaya, akan kau dapatkan angka ini: 1.866.240.000

  Itulah banyaknya milisekon sejak pertama aku tertarik padamu. Angka itu bisa lebih fantastis kalau ditarik sampai skala nano. Silakan cek. Dan aku berani jamin engkau masih ada di situ. Di tiap inti detik, dan di dalamnya lagi, dan lagi, dan lagi...

  Penunjuk waktuku tak perlu mahal-mahal. Memandangmu memberikanku sensasi keabadian sekaligus mortalitas. Rolex tak mampu berikan itu.

  Mengertilah, tulisan ini bukan bertujuan untuk merayu. Kejujuran sudah seperti riasan wajah yang menor, tak terbayang menambahinya lagi dengan rayuan. Angka miliaran tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa bilang cinta tidak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus.

  Sekarang pukul 2.30 di tempatmu. Tak terasa sudah satu jam aku di sini. Menyumbangkan lagi 216.000 milisekon ke dalam rekening waktuku. Terima kasih. Aku semakin kaya saja. Andaikan bisa kutambahkan satu rupiah, atau lebih baik lagi, dolar, di belakangnya. Namun, engkau tak ternilai. Engkau adalah pangkal, ujung, dan segalanya yang di tengah-tengah. Sensasi ilahi. Tidak dolar. tidak juga yen, mampu menyajikan.

  Aku tak pernah terlalu tahu keadaan tempat tidurmu. Bukan aku yang sering ada di situ. Entah siapa. Mungkin cuma guling atau bantal-bantal ekstra bahkan boneka lugumu itu lebih tau. Terkadang, benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan, dan tak sanggup kit abersaing dengannya. Aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi guling... sudah. Stop. Aku tak sanggup melanjutkan. Membayangkannya saja ngeri. Apa rasanya dipeluk dan didekap tanpa pretensi? Itulah surga. Dan manusia perlu beribadah jungkir-balik untuk mendapatkannya? Hidup memang bagaikan mengitari Gunung Sinai. Tak diizinkan kita untuk berjalan luru-lurus saja demi mencapai Tanah Perjanjian.

  Kini, izinkan aku tidur. Menyusulmu ke alam abstrak di mana segalanya bisa bertemu. Pastikan kau ada di sana, tidak terbangun karena ingin pipis, atau mimpi buruk. Tunggu aku.

  Begitu banyak yang ingin kubicarakan. Mari kita piknik, mandi susu, potong tumpeng, main pasir, adu jangkrik, balap karung, melipat kertas, naik getek, tarik tambang... tak ada yang tak bisa kita lakukan, bukan? Namun, kalau boleh memilih satu: aku ingin mimpi tidur di sebelahmu. Ada tanganku di bawah bantal, tempat jemarimu menggapai-gapai.

  Tidurku meringkuk ke sebelah kanan sehingga wajah kita berhadapan. Dan ketika matamu terbuka nanti, ada aku di sana. Rambutku yang berdiri liar dan wajahmu yang tercetak kerut seprai.

  Tiada yang lebih indah dari cinta dua orang di pagi hari. Dengan muka berkilap, bau keringat, gigi bermentega, dna mulut asam... mereka masih berani tersenyum dan saling menyapa "selamat pagi".



Kamis, 18 April 2013

Selamat Ulang Tahun

Hai,
Aku sedang menebak-nebak, kira-kira prosesi apa yang tengah kamu siapkan. Kamu selalu tergila-gila berprosesi. Segala sesuatu harus dihantakan dengan sempurna dan terencana. Perayaan dan peringatan menyesaki kalendar kita sepanjang tahun, dan tidak pernah kamu bosan, bahkan kamu semakin ahli. Malam ini kamu menantangku berhitung dengan stop watch. Teleponku akan berdering tepat setengah jam lagi. Sungguh, kamu sudah sehebat itu. Janjimu adalah matahariku yang terbit dan terbenam tanpa pernah keliru.

Sambil menunggi, izinkan akj berkelakar mengenai kamu dan sayap. Sejak kepindahanku ke negara lain, kamu terobsesi dengan segala makhluk bersayap. Kamu percaya bahwa manusia bersayap adalah hibrida termulia, di atas manusia bersirip dan berinsang. Aku ingin percaya kamu cukup cerdas untuk tidak mencoba terbang kemari. Kalaupun. Itu bisa terjadi, aku khawatir kamu mati lemas di jalan lalu jatuh ke laut. Dimakan hiu. Dan jadilah kalian hibrida yang liar biasa. Manusia bersayap di dalam perut makhluk bersirip berinsang.

Dengan caramu mengagungkan momentum, kamu membuatku ikut percaya betapa sakral peluk cium 14 Februari atau tiupan trompet tahun baru yang harus jatuh tepat 00.00. Kamu membuatku percaya ada poin tambahan jika memperlakukan hidup seperti arena balap lari. Namun, imanku pada arena itu luruh dalam satu malam karena kegagalanmu menyentuh garis finis. Lihatlah detik itu, jarum jam itu, momentum yang tak lagi berarti di detik pertama kamu gagal mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan....lima menit lalu...

Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serbaseluler ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan, kiamat pun hanya bicara soal arah yang kebalik, bukan soal perubahan jadwal. Atau mungkinkah ini akan jadi salah satu tanda kiamat kecil yang orang ramai gunjingkan, tentang lelaki bercinta dengan lelaki, dan perempuan berbaju lelaki, lelaki bercinta dengan lelaki, dan perempuan bercinta dengan perempuan, dan kalau mereka mau menengok sejarah manusia ribuan tahun terakhir ini, tidaklah tanda semacam itu sudah klise, dan kiamat harus menyiapkan tanda-tanda baru bila masih ingin jadi hari yang paling diantisipasi, dengan misalnya, mengadopsi absurditas yang terjadi malam ini? Malam di mana kamu terlambat mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan... Satu jam yang lalu....

Suatu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya manusia bisa punya sayap selain lempeng besi yang didorong mesin jet, saat kamu berhenti percaya hidup lebih bermakna bila ada wasit menyalakkan aba-aba "1,2,3", kamu boleh terus percaya bahwa kemarin... Besok... Lusa.... Dan hari-hari sesudah itu... Aku masih di sini. Menunggumu kamumengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan... Berjam-jam yang lalu:

" Selamat ulang tahun."

Tapi dari itu semua ada yang harusnya lebih penting. Akuningin ingin membisikkan selamat tidur, jangan bermimpi. Mimpi mengurangi kualitas istirahatnya. Dan untuk bersamaku, ia tak perlu bermimpi. Tapi.. Saya bermimpi... Walau begitu, keinginan itu,,, tidak ketinggian, kan?

Jumat, 12 April 2013

Dekat di abad 21

Jarak dekat tetapi nasib sama dengan mereka yang jauh, Semua masih bebas, berpura-pura terikat, Saling memberikan instruksi walau punya intuisi, Berperspektif sama, Jadi orang tersopan tiap malam, ucapkan salam Tawa riang, tangis histeris Bertahan satu, lainnya mendua Tanpa garansi, satu pihak naik emosi Dekat melekat, Jauh, mau bagaimana?

Senin, 08 April 2013

4/8/013

kalau pernah kamu bertemu dulu, apa yang
kau inginkan nanti? sepi. kalau nanti kau
dapatkan cinta, bagaimana kau tempatkan
waktu? sendiri. bila hari tak lagi berani
munculkan diri, dan kau tinggal untuk
menanti? cari. andai bumi sembunyi saat
kau berlari? mimpi. lalu malam menyer-
gapmu dalam pandang tiada tepi? hati.
baik...aku tak lagi memberimu mungkin?
kecuali. baik..baik, aku hanya akan menya-
pamu tanpa kecuali? mungkin. dan jika
tetap seperti itu, embun takkan jatuh dari
kalbumu? sampai. akankah kau patahkan
tubuhmu hingga musim tiada berganti?
mari. lalu kau tumbuhkan bunga tanpa
kelopak tanpa daun berhelai-helai? kemari.
juga kau benamkan yang lain dalam jurang
di matamu? aku. katakan bahwa kau mene-
rimamu seperti aku memberimu?...
kau? ya. kau?...aku.

Kamis, 04 April 2013

Momentum

Pacar impianmu dewasa ini pastilah seseorang yang memiliki pesona bagai pangeran dan berikan kau harapan bualan cinta dan masa depan. Tapi berpikirlah, Ia berikan amarah atau asmara, kasih atau pedih. Kenapa saya berstatemen seperti ini? Karena hidup bukan film yang bisa digantikan pemeran pengganti. Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah, dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu. Saya tak bermaksud menakuti tetapi jikalau kau pada momen pertemuan dengan pangeranmu, jalanilah. Percayalah momen hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kau hanya menjadi pengenang atau yang dikenang. Sehingga pada titik ini dirimu kan hampa. Tapi tunggu dulu. Bagaiman hampa bisa menyakitkan? Hampa seharusnya berarti tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa berarti tidak ada masalah, termasuk sakit hati.

Maka dari ini semua, saran saya manfaatkan momen itu. Cinta pelan-pelan tapi jangan telat. Kalau ada waktu tepat maka ambilah selagi sempat.

Lelah

 Liat tubuhmu, liat sekelilingmu, semua berongga. Kamu takkan hidup bila tidak ada rongga di tubuhmu dan kamu takkan berkehendak bebas bila tidak ada ruang di sekelilingmu. Sama halnya dengan  huruf apakah ia memiliki arti bila tanpa jeda, apa iya bermakna bila tanpa spasi?  Aku lihat semua lalu lalang terlalu cepat sekarang. Berburu waktu penuh ekspetasi tinggi. Wajar saja karena semua sedang ngebut sebelum garis finis itu terinjak oleh sang juara. Tapi kawan, banyak hal yang tidak bisa dipaksakan, Tapi layak diberi kesempatan dan kesempatan itu tiap hari ditawarkan dengan latihan-latihan yang ada. Tapi bukankah kita butuh jeda?